BacaJuga:Khutbah Jumat Singkat: Mari Ikuti Rasulullah. أَهْمَلُوْا الفَرَائِضَ وَاشْتَغَلُوا بِالنَّوَافِل، وَرُبَّمَا تَعَمَّقُوا فِيها حَتّى يَخْرُجُوْا إِلى السَّرَف والعدوان. "Mereka (ahli ibadah yang tertipu) mengabaikan hal-hal
Materi khutbah Jumat ini menimba pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim yang ditegur Allah lantaran sempat memberi syarat masuk Islam ketika beliau dimintai makanan oleh seorang Majusi. Hal ini menunjukkan betapa luasnya kasih sayang Islam, baik pada orang mukmin maupun tidak, baik pada mereka yang taat maupun yang tidak. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Belajar dari Kisah Nabi Ibrahim dan Seorang Majusi". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ أمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الله أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ Jamaah shalat Jumat hafidhkumullah, Pada siang yang penuh berkah ini khatib mengingatkan diri sendiri dan mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa bertakwa kepada Allah kapan pun dan di mana pun berada. Yakni, dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Anjuran takwa selalu diulang-ulang dari mimbar ke mimbar karena memang penting. Namun, jangan sampai pengulang-ulangan tersebut menjadikannya semakin samar nilai pentingnya, dan anjuran takwa sebatas rutinitas dan formalitas belaka. Hadirin, Manusia adalah makhluk pembelajar. Nalarnya didesain untuk bisa menyerap pelajaran apa saja dari berbagai peristiwa, pengalaman hidup, dan sejarah. Sebagaimana dari kisah Nabi Ibrahim alaihissalam yang akan disampaikan dalam khutbah kali ini. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Suatu ketika seorang Majusi penyembah api meminta jamuan makanan kepada Nabi Ibrahim sang khalilullah, kekasih Allah. Nabi Ibrahim lalu mengajukan syarat kepada sang Majusi bahwa ia harus memeluk agama Islam. Orang Majusi itu pun lantas pergi meninggalkan Nabi Ibrahim dengan tangan hampa. Allah pun menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim “Selama 50 tahun Aku Allah memberinya makan dalam kondisi tetap dalam kekafirannya. Tidak sudikah kau memberinya sesuap makanan saja tanpa menuntutnya berpindah agama?” Nabi Ibrahim lalu pergi mengejar si Majusi. Ia ikuti jejaknya hingga saat ketemu Nabi Ibrahim tanpa rasa sungkan meminta maaf kepadanya. Orang Majusi itu pun heran, apa gerangan yang membuat Nabi Ibrahim berubah pikiran, bahkan rela meminta maaf. Sang khalilullah menceritakan kejadian tadi kepadanya, yang akhirnya justru membuat si Majusi terkesima dan masuk Islam secara sukarela. Cerita ini bisa kita jumpai dalam salah satu kitab induk tasawuf, ar-Risalah al-Qusyairiyah karya Imam Abul Qasim al-Qusyairi an-Naisaburi. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Kisah Nabi Ibrahim ini memiliki keterkaitan substansi dengan hadits yang diriwayatkan al-Hakim at-Tirmidzi dalam Nawadir al-Ushul وَقَالَ صلى الله عليه وسلم أوْحَى اللهُ إلى إِبراهيمَ يَا إبْرَاهِيْمُ، حَسِّن خُلُقَكَ وَلَوْ مَعَ الكُفَّارِ، تَدخلْ مَداخِلَ الأَبْرارِ، فإنَّ كَلِمَتِيْ سَبَقَتْ لِمَن حَسُنَ خُلُقَهُ أنْ أُظِلَّهُ في عَرْشِي ، وَأنْ أُسْكِنَهُ فِيْ حَظِيرةِ قُدْسِي، وَأنْ أُدْنِيَه مِنْ جِوارِي Rasulullah saw bersabda Allah mewahyukan kepada Nabi Ibrahim, “Wahai Ibrahim, baguskanlan akhlakmu walaupun terhadap kaum kafir, niscaya engkau akan masuk ke tempat orang-orang yang berbuat baik. Sebab ketetapan-Ku telah mendahului bagi orang yang bagus akhlaknya, yaitu Aku akan menaunginya di bawah Arsy-Ku, Aku menempatkannya dari di dalam surga-Ku dan Aku akan mendekatkannya dengan rahmat-Ku” HR at-Tirmidzi dalam kitab Nawadir-nya. Dalam hadits tersebut sangat jelas bahwa Allah menghendaki Nabi Ibrahim berbuat baik kepada siapa pun tanpa pandang bulu, termasuk kepada orang yang masih durhaka kepada Allah. Allah juga menjanjikan perlindungan dan rahmat atau kasih sayang bagi orang yang sanggup melaksanakannya. Perintah ini tentu bukan hanya untuk Nabi Ibrahim semata, melainkan untuk kisah semua, umat manusia. Hadirin rahimakumullah, Perbedaan adalah sunnatullah. Kiranya mustahil kita dapati dunia ini berada dalam satu warna kulit, satu etnis, satu agama, satu bahasa, satu budaya, dan seterusnya. Sekarang maupun yang akan datang. Sebab, Allah sendiri yang berfirman وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ Artinya, “Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan” QS al-Maidah 48. Keniscayaan akan keragaman ini harus menjadi asas bagi setiap tindakan yang berhubungan dengan manusia lainnya. Memaksakan kehendak, berarti melanggar ketentuan ini. Jikapun kita ingin berdakwah atau beramar ma’ruf nahi munkar maka itu seyogianya sebatas melaksanakan perintah Allah. Bukan penentu perubahan pada sasaran dakwah kita. Kita hanya diperintah untuk mengajak kepada kebaikan, bukan menjamin datangnya hidayah. Kita tidak punya kemampuan membolak-balik kondisi hati orang, termasuk kondisi hati kita sendiri. Jamaah shalat Jumat hafidhkumullah, I’tibar lain yang bisa kita serap dari kisah Nabi Ibrahim dan seorang Majusi tadi adalah bahwa kita didorong untuk melaksanakan tauhid secara sejati. Berbuat baik kepada siapa saja merupakan ekspresi dari keyakinan bahwa semua adalah makhluk Allah yang mesti dicintai, bagaimanapun keadaannya. Diskriminatif terhadap manusia lain hanya lantaran perbedaan keyakinan atau agama menggambarkan bahwa kita lebih mengunggulkan ego kelompok daripada Allah. Sebab, Allah sendiri yang Rahman dan Rahim tidak pernah membeda-bedakan mereka dalam hal karunia. Semua memperoleh limpahan rezeki. Islam memang mengajarkan umatnya untuk membenci kekufuran, tetapi bukan berarti membenci orang kafir; membenci kemaksiatan, tetapi bukan berarti membenci orang maksiat. Hal ini yang sering disalahpahami sehingga saat bergaul dengan para pendosa maka seolah akhlak yang baik tidak berlaku bagi mereka. Andai Rasulullah dulu mempraktikkan perilaku semacam ini kepada masyarakat jahiliyah, mungkin kita tak akan menjumpai keagungan Islam seperti sekarang ini. Sebagaimana dikutip Abdurrauf al-Munawi dalam Faidhul Qadir, Al-Arif billah Syekh Ibnu Arabi pernah mengatakan يَنْبَغِي لِطَالِبِ مَقَامِ الخُلَّةِ أَنْ يُحَسِّنَ خُلُقَهُ لِجَمِيْع الخَلْقِ مؤْمِنِهِمْ وَكَافِرِهِمْطَائِعِهِمْ وَعَاصِيْهِمْ Artinya, “Orang yang mencari derajat sebagai kekasih Allah hendaknya berakhlak baik kepada seluruh manusia, baik yang mukmin maupun yang kafir, baik yang taat maupun yang maksiat.” Umumnya kekasih adalah mencontoh perilaku sosok yang dikasihi, seperti yang dilakukan kebanyakan orang ketika mengidolakan figur tertentu. Nah, di sini kita diajak untuk memperlakukan makhluk dan jagat raya ini sebagaimana Allah memperlakukan mereka. Takhallaqu bi akhlaqillah berakhlaklah sebagaimana akhlak Allah. Belas kasih Allah meluas kepada seluruh makhluk, menembus sekat-sekat agama, ras, usia, status sosial, dan lainnya. Semoga kita dikaruniai kokoh iman dan Islam, serta kelapangan hati untuk menerima kenyataan akan perbedaan. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلَآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي الْقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Mahbib Khoiron Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP
4Hikmah dalam Kisah Bilal bin Rabah radhiyallahi 'anhu 1. Tegar menghadapi Ujian di Jalan Allah subhanahu wata'ala 2. Selalu taat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam 3. Selalu sabar dan istiqamah dalam melazimi amal saleh 4. Tetap tegar dalam iman dan amal saleh meski kehilangan orang yang dicintai-Nya Materi Khutbah Jumat
- As-salāmu ʿalaykum wa-raḥmatu -llāhi wa-barakātuh..Hari ini kita kembali memasuki hari paling utama dibanding hari-hari lainnya menurut Islam, hari Jumat. Bagi kita laki-laki yang sudah balig, sehat dan bermukim, ada kewajiban khusus untuknya, yakni melaksanakan salat Jumat, di mana dalam salat Jumat salah satu syarat sahnya adalah mendengarkan khotbah Khotbah Jumat اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Setiap dari kita pasti pernah merasakan yang namanya ujian dan cobaan yang semua itu tentunya datang dari Allah dan cobaan hidup dari Allah merupakan sunah. Manusia hidup itu ada masanya akan mengalami berbagai kesusahan dan penderitaan hidup. Manusia akan dihadapkan kepada ujian-ujian hidup yang sulit untuk mengelaknya dan itu adalah satu ketetapan dan hukum Allah yang bersifat pasti dan tetap, berlaku kepada siapa pun, kapan pun dan di mana pun manusia berada. Ujian dan cobaan hidup dari Allah di dunia itu tidak hanya berupa musibah atau kesengsaraan, ada kalanya ia berupa kelapangan dan kenikmatan. Bisa berupa sehat maupun kondisi sakit, bisa berupa kekayaan maupun beberapa surah di Al-Qur'an juga disebutkan tentang ujian yang datangnya dari Allah SWT, baik kondisi senang dan kondisi SWT berfirman اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَAhasiban naasu anyu yutrakuuu any yaquuluuu aamannaa wa hum la yuftanuunArtinya "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji lagi?" QS. Al-Ankabut 2Dari ayat ini kita bisa mengambil hikmah bahwa Allah akan menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan tingkat keimanan mereka. Apakah manusia berpikir Allah akan membiarkan mereka saja ketika dikatakan “Kami beriman” tanpa menguji kebenaran perkataan mereka itu dengan ujian melalui harta dan diri mereka? Tentu tidaklah demikian, karena Allah SWT pasti akan menguji manusia agar menjadi jelas tingkat kebenaran dan keteguhannya. Allah SWT juga berfirmanكُلُّ نَفۡسٍ ذَآٮِٕقَةُ الۡمَوۡتِ‌ؕ وَنَبۡلُوۡكُمۡ بِالشَّرِّ وَالۡخَيۡرِ فِتۡنَةً‌ ؕ وَاِلَيۡنَا تُرۡجَعُوۡنَKullu nafsin zaaa'iqatul mawt; wa nabluukum bishsharri walkhairi fitnataw wa ilainaa turja'uunArtinya "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami." QS. Al-Anbiya 35Dalam setiap ujian yang menimpa manusia akan selalu ada kebaikan. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda “Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Tidaklah Allah menetapkan kepadanya sesuatu kecuali itu merupakan kebaikan baginya“ HR. Ahmad.Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Meski Allah SWT memberi kita ujian dan cobaan, tapi ingatlah bahwa Allah sangat menyayangi hamba-hambanya, karena semua ujian yang didapat itu diberikan sesuai dengan kesanggupan surah Al-Baqarah ayat 286 disebutkan لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَهَا ‌ؕ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا اكۡتَسَبَتۡ‌ؕ Laa yukalliful-laahu nafsan illaa wus'ahaa; lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat;Artinya "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya".Baca juga Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Musibah dan Bencana, Termasuk Pandemi Doa Ketika Tertimpa Musibah dan Bencana Arab, Latin & Artinya Hikmah di Balik Ujian dan Cobaan Jadi apa hikmah yang bisa kita dapatkan di balik semua ujian dan cobaan yang datangnya dari Allah SWT, setidaknya ada 5 hikmah, yaitu1. Agar Allah semakin mengetahui siapa di antara hamba-hambanya yang benar-benar berada di atas kesabaran dan siapa di antara hamba-hambanya yang berada dalam keputusasaan. Allah berfirman “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. QS. Al-Baqarah 155Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW, bahwa Dia akan menguji mereka dengan perkara-perkara yang berat untuk menunjukkan siapa yang taat dan mana yang ingkar. Imam Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir menjelaskan, bersyukur ketika mendapat kesenangan dan bersabar saat mendapatkan ujian adalah sebenar-benarnya karakter orang yang sikap itu, tulis Al-Munawi, tidak ditemukan dalam diri kalangan kafir dan munafik. Sifat tersebut adalah ketika seseorang diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta, dan kedudukan, ia bersyukur pada Allah Swt atas karunia tersebut, dan Allah akan mencatat mereka ke dalam golongan orang-orang yang halnya ketika ditimpa musibah, ia bersabar, maka seseorang itu pun akan dimasukkan ke dalam orang-orang yang kesabaran dalam menghadapi musibah ialah dengan mengucapkan kalimat "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.""Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlif li khairan minha. Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik dari padanya." HR Muslim2. Allah akan mengangkat derajat dan menghapus dosaAllah berfirman “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.” QS. Asy-Syura30. Rasulullah bersabda "Tidak ada satu pun musibah yang menimpa seorang Muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya.” HR. MuslimAda pula riwayat hadis berbunyi, "Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya." HR. Bukhari dan Muslim3. Ujian sebagai tanda cinta dan kebaikan Allah SWTMusibah dan ujian yang diberikan Allah kepada hambanya bisa jadi merupakan tanda cinta dan kebaikan Allah SWT. Sabda baginda Rasulullah SAW"Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barang siapa yang rida maka baginya keridaan Allah, namun barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah." HR. Tirmizi.Dalam riwayat lain juga disebutkan"Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang rida, maka ia yang akan meraih rida Allah. Barangsiapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” HR. Ibnu MajahApabila Allah mencintai seseorang, maka bisa saja Allah menujukkan rasa cinta-Nya dengan ujian dan musibah. Allah jadikan musibah sebagai pengganti siksa di akhirat yang kadarnya akan jauh lebih pedih. Rasulullah Saw bersabda;"Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” HR. Tirmidzi4. Ujian bisa disetarakan dengan syahidAnjuran bersabar dalam menghadapi musibah dan ujian, terutama yang berupa wabah ditegaskan Nabi Saw melalui sabdanya "Wabah penyakit adalah sejenis siksa azab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum Muslimin. Tidak ada seorang pun yang terserang wabah, lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala, juga mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid." HR. Bukhari, An-Nasa'i, dan AhmadDalam kondisi saat ini, seperti yang kita ketahui ada wabah yang disebut dengan virus Corona, Sars-COV-2. Hikmah di Balik musibah seperti Pandemi COVID-19, menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili, yang perlu diperhatikan bukan dari sisi sebab musabab lebih penting adalah memahami hikmah di balik rentetan musibah yang datang silih berganti. Manusia adalah hamba, sedangkan Allah adalah Tuhannya yang boleh-boleh saja memberikan musibah, ujian, maupun nikmat Fath Al-Bari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani menjelaskan, makna gamblang dan akurat manthuq hadis ini adalah orang yang memiliki sifat tersebut berdiam diri di rumah saat terjadi wabah akan mendapatkan pahala syahid walaupun yang bersangkutan tidak sampai meninggal jamaah Jumat rahimakumullah, Wabah bisa menimpa siapa saja, baik mukmin maupun bukan, orang-orang saleh maupun para pendosa. Namun, masing-masing dari mereka bisa berbeda dalam menyikapi wabah dan saat itulah mereka secara tidak langsung sedang ikut menentukan, apakah wabah ini menjadi rahmat kasih sayang atau azab siksa.5. Ujian, cobaan atau musibah bisa mendatangkan pahala tanpa batasAllah Swt berfirman;"... Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." QS. Az-Zumar 10Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya dengan mengutip Al-Auza'iy mengatakan, yang dimaksud dengan pahala tanpa batas adalah kebaikan orang-orang yang sabar tidak akan ditakar atau ditimbang. Mereka langsung dimasukkan ke surga tanpa perhitungan. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Demikian khotbah Jumat pada hari ini. Mudah-mudahan kita semua yang sedang mendapat ujian atau cobaan dari Allah bisa menyikapinya dengan baik, selalu ingat bahwa di balik ujian dan cobaan, ada hikmah yang selalu bisa bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Aamiin allahumma اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُBaca juga Kisah Teladan Nabi Ayyub As Sabar Hadapi Cobaan Bertubi-tubi Naskah Khutbah Jumat Meneladani Rasulullah dalam Menyikapi Pandemi - Sosial Budaya Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom
\n \n khutbah jumat kisah penuh hikmah
KHUTBAHJUM'AT (28) Kisah Sahabat dan Seekor Onta dalam Hijrah Rasulullah Bagi kaum muslim Hijrah Rasulullah saw adalah momentum terpenting yang sarat akan makna dan penuh dengan hikmah.Hijrahnya Rasulullah saw sering dijadikan titik balik ataupun titik mula semangat perubahan menuju yang lebih baik. Apalagi jika peringatan Hijrah
Naskah khutbah Jumat singkat kali ini mengingatkan umat Islam bahwa sedang berada di bulan Rabiul Awal. Bulan yang disebut juga dengan maulid ini hendaknya dioptimalkan untuk memperbanyak membaca shalawat dan mempelajari akhlak baginda Nabi Muhammad SAW. Besar harapan, dengan melakukan cara yang disarankan tersebut akhlak umat Islam dari hari ke hari kian baik. Hal tersebut sebagaimana makna diutusnya baginda Nabi ke dunia ini dengan tujuan utama menyempurnakan akhlak. Teks khutbah juga dapat disebar ke sejumlah media sebagai sarana menyebar kebaikan yang diharapkan menjadi amal jariyah. Redaksi Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْإِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah SWT Alhamdulillah, hari Jumat ini kita masih diberi kemampuan untuk menjalankan salah satu perintah melaksanakan jamaah shalat Jumat. Rasanya Jumat ini adalah hari istimewa karena merupakan Jumat di bulan Rabiul Awal. Marilah kita gunakan waktu spesial ini untuk meningkatkan takwallah yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Jamaah yang Berbahagia Begitu mulianya Rasulullah, sehingga sebagian ulama menganggap malam kelahirannya tidak kalah mulianya dibandingkan dengan Lailatul Qadar. Karena adanya Lailatul Qadar sebagai malam diturunkannya Al-Qur’an disebabkan adanya kelahiran Rasulullah sebagai penerima wahyu Al-Qur’an. Rasul yang dipercaya mengemban dan menyampaikan Al-Qur’an kepada umat manusia di mayapada. Demikian mulianya Rasulullah hingga dalam hadits qudsi diungkapkan bahwa Allah swt berkata kepada Nabi Adam AS قال الله تعالى لأدم لولا محمد ماخلقتك Artinya Jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan engkau wahai Adam. Dalam riwayat lain dikatakan Jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan alam semesta ini. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Akan tetapi sangat disayangkan bahwa bulan maulid ini malah terkesan menjadi bulan saling menuduh dan membid’ahkan. Hanya karena berbeda pendapat mengenai hukum peringatan maulid. Padahal tidak demikian seharusnya. Di bulan kelahiran Rasulullah ini, umat Islam harus sadar dan kembali merapatkan barisan, meningkatkan ketakwaan dan merealisasikannya dalam realitas kehidupan. Sehingga menjadi nyata apa yang difirmankan oleh Allah bahwa Dia mengutus Rasulullah sebagai rahmat bagi semesta alam. wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin. Rahmat yang sudah sepatutnya kita syukuri dengan cara memperbanyak baca shalawat dan menyenangkan kaum fakir miskin dengan bersedekah. Bahkan keberadaan rahmat itu mewajibkan kita selaku umat untuk menyambutnya dengan gembira. Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Hadirin yang Mulia Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang merek kumpulkan. Yunus 58 Apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam Ulumul Qur’an diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya As-Suyuthi dalam Ad-Durrul Mantsur menerangkan bahwa rahmat itu tiada lain adalah Rasulullah. Hal ini senada dengan kutipan Ibnu Abbas وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس فى الأية قال فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم قال الله وما أرسلنك إلا رحمة للعالمين Artinya Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muahammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah SWT telah berfirman Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam Al-Anbiya 107 Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka kalimat selanjutnya dalam surat Yunus di atas yang berbunyi Hendaklah mereka bergembira, secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambut gembira atas rahmat tersebut. Jamaah yang Berbahagia Demikian pentingnya merasa bergembira menyambut kelahiran Rasulullah sehingga Imam Imam al-Suyuthy 849-910 H/ 1445-1505 M dalam Husnul Maqshad fi Amalil Maulid memberikan petunjuk cara merayakan maulid Nabi yang benar أنَّ أصْلَ عَمَلِ الْمَوْلدِ الَّذِى هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ. وَرِواَيَةُ الأخْبَارِ الوَارِدَة فِى مَبْدَءِ أمْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَقَعَ فِى مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِى يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ Artinmya Bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad yang mulia. Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, halaman 189-197 Hal pertama yang harus ada dalam perayaan, sebagai bukti kegembiraan umat muslim atas kelahiran Rasulullah adalah membaca al-Qur’an. karena al-Qur’an adalah mukjizat Rasulullah sekaligus pedoman hidup bagi umat Muslim. Hal kedua yang tidak boleh terlewatkan adalah bercerita tentang kisah Rasulullah yang penuh keteladanan. Teladan bagi pemuda, bagi pedagang, bagi seorang suami, bagi seorang pemimpin dan tidak juga bagi segenap umatnya. Dan ketiga adalah Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, yaitu يَقُوْلُ اِبْنُ تَيْمِيَّة قَدْ يُثَابُ بَعْضُ النَّاسِ عَلَي فِعْلِ الْمَوْلِدِ وَكَذَلِكَ مَا يُحْدِثُهُ بَعْض النَّاسِ إمَّا مُضَاهَاة لِلنَّصَارَى فِى مِيْلاَدِ عِيْسَى عليه السلام وَإمَّا مَحَبَّةٌ لِلنَّبي صلي الله عليه وسلم وَتَعْظِيْمًالَهُ وَالله قَدْ يُثِيْبُهُمْ عَلَى هَذِهِ الْمَحَبَّةِ وَالاجْتِهَادِ لاَ عَلَى الْبِدَعِ Artinya Ibn Taimiyyah berkata Orang-orang yang melaksanakan perayaan maulid Nabi akan diberi pahala. Demikian pula apa yang dilakukan oleh sebagian orang. Adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Allah Ta’ala akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan atas bid’ah yang mereka lakukan.Manhajus Salaf fi Fahmin Nushush Bainan Nadzariyyat wat Tathbiq, halaman 399. Artikel diambil dari Khutbah Jumat Hujan Rahmat di Bulan Mauli Demikianlah cara bagaimana umat Islam dapat merayakan bulan maulid dengan lebih bermakna. Harapannya semoga kita senantiasa meraih rahmat dan di akhirat kelak mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW. Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Naskahkhutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak untuk mengisi hari Asyura dengan dengan anjuran-anjuran Nabi Muhammad saw. Khutbah Jumat: Hikmah Manasik Haji. Khutbah; Khutbah Jumat: Berkahi Rezeki dengan Berbagi Generasi Muda dan Perubahan Zaman. 6. Khutbah Jumat: Kisah Ismail dan Larangan Menumpahkan Darah Manusia. 7. Khutbah
Dua kisah ini patut dipelajari agar kita punya prinsip berakidah yang benar, bagaimanakah bersikap loyal dan tidak loyal pada muslim dan non-muslim. Khutbah Pertama الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Amma ba’du … Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah … Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-Nya. Prinsip bertakwa yang penting adalah menjalankan Islam dengan benar. Islam itu sebagaimana kata para ulama, “Berserah diri kepada Allah dengan tauhid, patuh dengan melakukan ketaatan, serta berlepas diri dari syirik dan pelaku kesyirikan.” Pada hari Jumat yang penuh berkah ini, kita diperintahkan bershalawat kepada Nabi akhir zaman, Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga, para sahabat, serta pengikut setia beliau hingga akhir zaman. Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah … Dalam Khutbah Jumat di Masjid Suciati Saliman kali ini, kami akan menceritakan dua kisah. Dua kisah ini akan mengajarkan pada kita bagaimanakah kita diajarkan loyal dan cinta kepada sesama muslim dan bagaimanakah bersikap kepada non-muslim. Kisah pertama … Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia menceritakan, “Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan lapar, lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam mengirim utusan ke para istri beliau shallallahu alaihi wa sallam. Para istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali air”. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang ini?” Salah seorang kaum Anshar berseru, “Saya.” Lalu orang Anshar ini membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, dan ia berkata, “Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam!” Istrinya menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali jatah makanan untuk anak-anak.” Orang Anshar itu berkata, “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!” Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Dia lalu bangkit, seakan-akan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini memperlihatkan seolah-olah mereka sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau shallallahu alaihi wa sallam lantas bersabda, ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ أَوْ عَجِبَ مِنْ فَعَالِكُمَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ “Malam ini Allah tertawa atau takjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah menurunkan ayat yang artinya, “Dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” QS. Al-Hasyr 9. HR Bukhari, no. 3798. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan nama orang Anshar yang melayani tamu tersebut adalah Abu Thalhah radhiyallahu anhu. Istri Abu Thalhah adalah Ummu Sulaim radhiyallahu anha Rumaysho atau Rumaisha. Kisah kedua … Sa’ad bin Malik radhiyallahu anhu membicarakan tentang ayat berikut ini, وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖوَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” QS. Luqman 15 Sa’ad bin Malik radhiyallahu anhu menyatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan masalahnya. Ia katakan bahwa ia adalah anak yang sangat berbakti pada ibunya. Ketika ia masuk Islam, ibunya berkata, “Wahai Sa’ad apa lagi ajaran baru yang kamu anut?” Ibunya melanjutkan, “Engkau mau tinggalkan agama baru yang kamu anut ataukah ibumu ini tidak makan dan tidak minum sampai meninggal dunia?” Maka ibu Sa’ad terus mencelanya karena keislamannya. Ada yang menegur Sa’ad, “Apa kamu tega mau membunuh ibumu?” Lantas Sa’ad berkata, “Ibuku jangalah lakukan seperti itu. Aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku ini sama sekali.” Ibu Sa’ad terus berdiam sehari semalam, tanpa makan. Datang keesokan paginya, ibunya terus memaksa Sa’ad. Datang hari berikutnya pun tetap sama, ibunya terus memaksa. Ketika itu Sa’ad melihat keadaan ibunya lantas ia berkata, “Wahai ibu, andai engkau memiliki seratus nyawa, lalu nyawa tersebut keluar satu per satu, tetap aku tidak akan meninggalkan agamaku sedikit pun juga. Jika mau, silakan makan. Jika mau, silakan tidak makan.” Akhirnya ibunya pun makan. HR. Thabrani dalam Kitab Al-Isyrah. Syaikh Musthafa Al-Adawi dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1161 mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Apa pelajaran dari dua kisah tersebut? Kisah pertama mengajarkan bagaimanakah kita mestinya mencintai sesama muslim, walau sampai mesti mengorbankan yang kita miliki padahal kita butuh inilah yang disebut itsar. Ada hadits yang bisa jadi pelajaran pula, dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman dengan iman sempurna sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45. Jika prinsip dalam hadits ini mau dijalankan berarti Kita berusaha tidak hasad pada orang lain, tidak benci pada nikmat yang ada pada orang lain. Kita senang ketika saudara kita mendapatkan nikmat dan kebahagiaan. Kita turut sedih ketika ia mendapatkan musibah, bukan malah senang ketika ia dapati derita. Kisah kedua mengajarkan kita tidak loyal pada non-muslim, tidak mendukung agamanya. Sikap ini berlaku meskipun non-muslim tersebut adalah kerabat dekat kita, bahkan sampai orang tua kita. Ketika mereka mengajak ikut agamanya, kita tidak ikuti. Ketika mereka mengajak dukung agamanya, kita tidak turut dukung. Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – لَمْ يَكُنْ يَتْرُكُ فِى بَيْتِهِ شَيْئًا فِيهِ تَصَالِيبُ إِلاَّ نَقَضَهُ “Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah meninggalkan salib di rumahnya melainkan beliau menghapusnya.” HR. Bukhari no. 5952. Kenapa diperintahkan untuk menghapus salib? Karena salib adalah simbol agama mereka. Coba kita lihat bagaimana kisah Adi bin Hatim ketika disuruh melepas salib yang ia kenakan karena ia baru saja masuk Islam. Adi bin Hatim pernah berkata bahwa beliau pernah mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan di lehernya terdapat salib dari emas. Lantas Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, يَا عَدِىُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذَا الْوَثَنَ “Wahai Adi buanglah berhala yang ada di lehermu.” HR. Tirmidzi no. 3095, hasan menurut Syaikh Al Albani Ingatlah Islam punya prinsip, لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” QS. Al-Kafirun 6. Artinya kita biarkan mereka beragama tanpa kita ganggu dan tanpa kita dukung. Termasuk pula tak perlu meniru-niru apa yang mereka rayakan seperti pada perayaan Natal dan Tahun Baru, karena kedua moment bukanlah dari Islam. Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” HR. Ahmad, 250 dan Abu Daud, no. 4031. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah untuk berakidah yang benar. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ Khutbah Kedua أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَمَّا بَعْدُ فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ — Oleh Muhammad Abduh Tuasikal, Khutbah Jumat Masjid Suciati Saliman Sleman, DIY Jumat Kliwon, 13 Rabi’ul Akhir 1440 H 21 Desember 2018 Artikel KhutbahJumat : Mengambil Hikmah Dari Kisah Ibrahim Bin Adham Diposting oleh Unknown di 21.41. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Cerita Inspiratif Penuh Hikmah Jangan Pernah Batal Cerita Inspiratif Hikmah Tentang Berbakti Kepada O Setelah Membandingkan Al Qur'an VS Injil, Annisa S

BacaJuga Khutbah Jumat; Kewajiban Amar Ma'ruf Nahyi Munkar. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu.

Berikutini contoh khutbah Jumat Bulan Ramadhan 1442 H. Materi khutbah bertema Hikmah dan Berkah Bulan Suci Ramadhan. Materi Khutbah Jumat ini dikutip dari laman khutbah jumat ini harapannya bisa jadi bahan referensi bagi khotib jumat pada 16 April 2021.

mBruAc.
  • 9opbi5jbpi.pages.dev/149
  • 9opbi5jbpi.pages.dev/328
  • 9opbi5jbpi.pages.dev/325
  • 9opbi5jbpi.pages.dev/130
  • 9opbi5jbpi.pages.dev/166
  • 9opbi5jbpi.pages.dev/379
  • 9opbi5jbpi.pages.dev/41
  • 9opbi5jbpi.pages.dev/184
  • 9opbi5jbpi.pages.dev/10
  • khutbah jumat kisah penuh hikmah